Cerito diatas Angin

Ini cerito ambo, hendak di ceritakan ke hayalak rame, semoga anda-anda terhibur. Namanya juga cerita, kalau tidak di ceritakan, iya bukan cerita, ini kisah perjalanan saya sewaktu bertugas keluar kota. berikut ini ya, di baca dengan baik, setelah dibaca, di kasi komen ya, kasi masukan, okeh?

Tanpa berbacot banyak lagi, silahkan di nikmati cerita saya ini..:-D

Pagi sayang, aku berangkat ya, jaga dirimu dan jangan nakal(aku mengirimkan sms ke pacarku untuk pamitan), tak lama sms aku di balas. "Iya, hati-hati ya sayang, dan jangan lupa bawa oleh-oleh, kalau tidak bawa oleh-oleh jangan harap bisa temuin aku", balasnya. "iyaah, pasti aku bawa", jawabku. kemudian HP aku bergetar lagi pertanda ada sms. "ehh, kayaknya kamu terpaksa yahh, kamu tidak suka ya, aku minta bawa oleh-oleh?". sms dari kekasihku, "apaan sih, kamu kayak baru kenal aku saja", balasku. Iya, aku tahu dia cuma mau menggodaku, sebenarnya dia sangat baik, penuh pengertian, dan tentunya cantik.


Hari ini aku berangkat ke kantor cabang, iya, segala sesuatunya sudah saya siapkan, saya sudah membuat list apa saja yang harus saya kerjakan di kantor cabang, materi-materi presentasi, dan baju-baju. Saya berangkat ke Bandara Soekarno Hatta dengan menggunakan angkutan bandara, DAMRI. Selain hemat, naik Damri cukup nyaman. Ooh, pesawat yang akan saya tumpangi berangkat satu jam lagi, setelah Check In, saya masuk ruang tunggu, kemudian membeli coklat hangat, merokok dan baca koran. Setelah menunggu satu jam, akhirnya terdengar juga pengumuman bahwa penumpang untuk pesawat kami di persilahkan menaiki pesawat, tanpa di perintah lagi, para penumpang bergegas menaiki angkutan lapangan bandara. Setiap penumpang disambut dengan ramah oleh pramugari dan membantu menunjukkan tempat duduk penumpang, saya mencari nomor tempat duduk saya, ternyata sudah diduduki seorang wanita. Dengan senyum yang sedikit menggoda, wanita itu berkata,"Mas duduk disini yah, kita tukar tempat yah, saya yang duduk dekat jendela, mas disini yahh, tidak apa-apa kan?, "lho, apa diperbolehkan oleh pramugari?" protesku. (walau aku tahu itu hal biasa, setelah pesawat take off, kita boleh tukar tempat duduk dengan siapa saja). Tapi, sebenarnya yang membuat saya menyerah adalah, senyuman wanita ini, senyumnya amat bagus, giginya begitu rapi dan putih, (sepertinya di masa remajanya menggunakan behel), bisa saya lihat wajahnya begitu alami, nyaris tanpa make up, rambut hitam legam dan kulit putih, kelihatan cukup matang, umurnya kira-kira 26 tahun, kemudian saya duduk dan meletakkan Laptopku dekat kaki, dan mulai membaca koran. (sebenarnya, pikiranku tidak fokus pada bacaanku, tetapi ke orang sebelahku). saya lupa, saya sudah berkomitmen dengan seseorang, menungguku, mencintaiku, mengharapkan kesetian penuh.

Setelah semua penumpang sudah naik kedalam pesawat, pramugari menjelaskan ini itu, kalau terjadi ini, terjadi itu, gunakan ini, gunakan itu, dan tentunya penumpang diminta untuk menggunakan sabuk pengaman, sebentar lagi pesawat akan take off. Setelah pesawat kami dalam ketinggian normal, lampu pesawat dinyalakan kembali, sayapun mulai membaca koran, saya berusaha fokus, tapi tidak bisa, sepertinya, saya diamati seseorang. Saya mencoba memberanikan diri untuk melirik ke sebelahku, dan benar mata kami bertemu dan saling menyapa, diapun tersenyum seakan-akan membuka diri. Saya berusaha bersikap sewajar mungkin dan berusaha tersenyum, dan kami saling menyapa. kemudian, kami saling tukar informasi, dia juga sedang tugas kantor, sama seperi aku, tinggal di jakarta, cerita tentang hobby dan serta canda-candaan kecil. Kami sudah akrab, seperti sudah lama kenal.

Namanya "Tari". Tentu saja saya tidak berani menanyakan apakah dia sudah memiliki pacar/suami? rasanya tidak etis menanyakan hal itu. Tapi kalau di perhatikan, wanita seanggun ini tidak mungkin tidak memiliki pacar, rasanya..., mustahil tidak memiliki pacar, di Jakarta gitu lhoo.

Sepertinya cuaca buruk. Ternyata dugaanku benar, beberapa saat kemudian terdengar pengumuman agar semua penumpang duduk ditempat masing-masing dan menggunakan sabuk pengaman. Pesawatpun tergoncang hebat, kadang seperti berjalan diatas bebatuan, krek, krek, krookkk, diluar hujan amat deras dan guntur menggelegar. Hal itu terlihat jelas dari kilatan petir, yang seakan-akan melintas didepan mata. Tanpa sadar, atau setengah sadar kami saling berpegangan, dan si Diapun berusaha bersandar di dadaku, kemudian akupun melingkarkan tanganku dibahunya, menyandarkannya didadaku, kami terdiam, yang terdengar penumpang sesekali berdoa memanggil Tuhannya, dan meminta perlindungan keselamatan, hal itu berlangsung sekitar 20 menit, si diapun masih saja menempel didadaku, aku bingung menggambarkan perasaanku saat itu, terasa nyaman sekali, hangat, dan seakan-akan kami saling memiliki. Sejujurnya, saya belum pernah merasakan perasaan seperti itu, dengan pacarku sekalipun. Selang 30 menit kemudian, kami tersadar oleh bunyi pengumuman bahwa pesawat kami akan mendarat, dan kami saling melepaskan tangan masing-masing dan berpandangan dengan mesranya.

Pesawatpun mendarat, kami turun dan berjalan ke lobby. Oh, ternyata dia sudah dijemput oleh sopir kantornya, kami saling melambai, byee... Setelah mobil jemputannya pergi, saya baru tersadar, op's...hahhhh, nomor handphone lupa saya minta.

ohhh....yahhh.
Sebagian hatiku, telah dibawanya pergi.

Setelah 3 hari dikantor cabang, dan menyelesaikan semua tugas yang telah di amanatkan kantor pusat, saya kembali ke jakarta. Di bandara dan di dalam pesawat saya berusaha mencarinya, lirik kanan, lirik kiri, tapi hasilnya sia-sia. Si Dia tak ketemu.

Dan, sorenya saya dijemput pacarku ke bandara, "Dengan senyum mengembang, pacarku menyambutku dan membawakanku sebotol minuman segar, dan membantuku membawa barang-barangku". Kemudian, saya mendekapnya dan berkata dalam hati. "sayang, aku hampir saja dicuri orang dari kamu, maafkan aku."

No comments:

Post a Comment